S.A.F.F
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
S.A.F.F
b
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA

You are not connected. Please login or register

Musim Haji Kali ini, Dimana Pemimpin (Amir) Kaum Muslimin ?

Go down  Message [Halaman 1 dari 1]

Tiekha

Tiekha
Pengintai
Pengintai

Memasuki musim haji tahun ini, kaum Muslim disibukkan oleh keprihatinan terkait berbagai persoalan dalam agama mereka, serta berbagai bencana dan tragedi yang masih terbuka lebar di depan pintu-pintu mereka.

Sementara jutaan kaum Muslim pergi menunaikan ibadah haji dengan membawa semua keprihatinan ini agar mereka dapat mengadukan penderitaan dan kesedihannya yang mendalam kepada Allah, dan agar mereka dapat berdiri di depan pintu al-Multazim, yaitu tempat di mana Allah tidak akan menolak seruan (doa) seorang hamba yang berdiri di pintunya, dan berilindung di sampingnya.

Kaum Muslim pergi menunaikan ibadah haji, sementara masih segar dalam ingatan mereka tentang pembantaian Amerika terhadap kaum Muslim di Afghanistan, Irak, dan di berbagai tempat lainnya; pembantaian Yahudi di Palestina, yang karena kebenciannya telah menodorongnya melakukan setiap kejahatan; pembantaian Rusia terhadap kaum Muslim Chechnya; dan pembantaian kaum Hindu, penyembah sapi, terhadap kaum Muslim Kashmir …!

Kaum Muslim pergi menunaikan ibadah haji untuk mengadukan kepada Tuhan mereka tentang para penguasa mereka yang sudah dan sedang berkoalisis dengan para musuh untuk menghancurkan kaum Muslim; mengadukan para penguasa yang sedang membantu Barat, Yahudi, Rusia, dan Hindu dalam memerangi mereka, yang menyerukan kepada Islam …!

Kaum Muslim pergi menunaikan ibadah haji, namun mereka tidak pernah melupakan kejahatan penguasa Suriah, dan pembantaian yang dilakukannya di penjara Sednaya, yaitu pembunuhan terhadap para tahanan dan keluarga mereka.

Kaum Muslim pergi menunaikan ibadah haji, sedang mereka tidak pernah melupakan sikap para penguasa kaum Muslim terkait dengan masalah Darfur di Sudan, yang menilai masalah Darfur hanya sebagai masalah internal.

Kaum Muslim pergi menunaikan ibadah haji, sementara dalam pikiran mereka masih segar ingatan tentang pengkhianatan para penguasa Arab terhadap kaum Muslim di Palestina, yang tidak tergerak, dan hanya berdiam diri saja melihat semua kejahatan yang dilakukan Yahudi setiap hari, bahkan mereka mencegah kaum Muslim yang hendak bergerak melawan Yahudi.

Kaum Muslim pergi menunaikan ibadah haji, namun hati mereka hancur, tangan mereka tidak berdaya, lidah mereka terus mengingatkannya, dan mereka meneteskan air mata sambil memohon kepada Allah agar membuka tabir penyiksaan dan penghinaan yang menimpa mereka, melepas belenggu yang mengikat mereka, menghilangkan semua duka ini dari mereka, dan mengambil kekuasaan dari para penguasa mereka yang selama ini telah banyak melakukan kemaksiatan.

Ya benar, kaum Muslim berkumpul untuk menunaikan ibadah haji. Namun, mereka dalam keadaan seperti ini, tidak lagi bertemu dengan pemimpin yang mencintai mereka dan mereka mencintainya; pemimpin yang mendoakan mereka dan mereka mendoakannya; pemimpin yang akan berkhothbah di tengah-tengah mereka; dan pemimpin yang akan menasihati mereka, seperti yang dilakukan Rasulullah SAW dalam khotbahnya di Arafah pada Haji Wada’, begitu juga yang dilakukan oleh para Khalifah, di mana mereka bertemu dengan para walinya untuk mengetahui kondisi rakyat dan kemajuan yang dicapainya, dan mereka juga mendengarkan berbagai keluhan yang disampaikan kaum Muslim tentang penganiayaan yang dilakukan oleh sebagian wali dan amil agar Khalifah memberi hukuman yang setimpal kepada mereka …!

Sungguh telah berubah keadaan kaum Muslim, mereka tidak lagi memiliki Khalifah yang mengurusi urusan-urusan mereka dengan syariah Islam, memimpin mereka dengan adil, dan membawa mereka pada puncak kemuliaan dengan berjihad…. Saat ini, kaum Muslim menjadi rakyat bagi para penguasa ilegal, yang hanya melayani kepentingan diri mereka sendiri, tidak mempedulikan kepentingan kaum Muslim; mereka mengangkat diri mereka sendiri untuk menguasai kaum Muslim; mereka memaksa kaum Muslim menelan perihnya kezaliman dan kehinaan; dan mereka menjadikan kaum Muslim sebagai umat yang terendah kualitasnya dan terbelakang…. Akibatnya, umat Islam pun melaknat mereka, membenci mereka, dan berusaha untuk mebebaskan diri dari mereka …. Sekarang mereka telah datang untuk menunaikan ibadah haji, dan sebagai langkah awal atas keprihatinan mereka, adalah mereka mengadukan kezaliman para penguasa itu kepada Allah, mendo’akan keburukan kepada mereka agar kaum Muslim dapat beristirahat dari kejahatan yang selama ini mereka lakukan.

Ritual ibadah haji merupakan bagian dari syiar agama Allah, di mana semua kaum Muslim berkumpul dalam level yang sama. Dan di dalam ritual ibadah haji banyak sekali indikasi yang mencerminkan kesatuan kaum Muslim: kesatuan ritual, kesatuan perasaan, kesatuan tujuan, dan kesatuan dalam segala hal; tidak ada nasionalisme, rasisme, atau fanatisme terhadap warna kulit, ras, atau kelas sosial; mereka memiliki satu Tuhan, satu agama, satu kiblat, dan satu umat. Meskipun dalam hal ini, kaum kafir telah menanamkan di tengah-tengah kaum Muslim faktor-faktor yang dapat memecah-belah kaum Muslim, dan meskipun kaum kafir telah mengangkat untuk kaum Muslim para penguasa zalim, yang tidak peduli terhadap nasib kaum Muslim, dan tidak pula mengindahkan perjanjian.

Sesungguhnya di dalam ritual ibadah haji terdapat hikmah-hikmah (tujuan) penting yang dapat diambil sebagai inspirasi oleh kaum Muslim, yaitu mengubah realitas kaum Muslim, serta mengubahnya dari umat yang mengeluh dan menangis kepada Allah menjadi umat yang melalui tangannya Allah mendatangkan kebaikan bagi seluruh umat manusia. Sesungguhnya semua syiar ibadah haji, di mana seorang Muslim pergi untuk mengagungkannya terkait erat dengan alasan di balik pensyariatannya. Dan apabila seorang yang menunaikan ibadah haji itu tidak dapat mengambil hikmah-hikmah (tujuan) di balik ritual ibadah haji, dan tidak dapat menghubungkan suasan pelaksanaan ibadah haji dengan suasana kehidupan yang ia jalani, maka ibadah hajinya itu tidak lebih dari perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan yang hanya menggugurkan kewajiban, namun ia tidak mendatangkan pahala.

Sesungguhnya ritual ibadah haji dan manasiknya itu mengingatkan seorang Muslim akan kebesaran kekuasaan Allah, mengingatkannya akan kehidupan akhirat, mengingatkannya akan kewajiban melaksanakan perintah-perintah Allah di dunia serta beraktivitas untuk menolong agama-Nya, berkorban di jalan-Nya, berusaha untuk meraih ridho-Nya, hanya berserah diri (bertawakkal) kepada-Nya, dan percaya dengan semua janji-Nya. Dengan kata lain bahwa ritual ibadah haji menghubungkan kehidupan dunia dengan akhirat melalui ikatan ketaatan kepada Allah, dan hanya kepada-Nya menyerahkan semua urusan, beristighfar kepada-Nya, bertaubat kepada-Nya dari setiap dosa, memohon kepada-Nya dengan sikap tunduk yang meneteskan air mata karena takut akan siksa-Nya, dan berharap dikabulkan doanya dengan mendapatkan surga-Nya.

Ya benar, semua ritual ibadah haji mendorong untuk mengabdi kepada Allah, dan menyikapi hidup ini dengan sikap yang benar dan penuh keyakinan. Sehingga mulai dari memakai kain ihram, yang mengingatkan kepada kain kafan dan kematian, hingga talbiah dan gerakan thawaf yang mengingatkan agar kita senantiasa terikat dengan hukum Islam dimanapun berada.

Begitu juga dengan sai, wukuf di Arafah, melempar jumra untuk meleyapkan Iblis dan bala tentaranya, sebaliknya merealisasikan kebenaran dan para pengikutnya; dan kemudian ifadah dan wada’, yang masing-masing dari semua itu membawa pada berkumpulnya kaum Muslim, mereka datang berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus, yang datang dari segenap penjuru yang jauh. Mereka berkumpul pada level yang sama, dan bertabliah dengan suara yang sama. Labbaika Allahumma Labbaika Labbaika La Syarika Laka Labbaika Innal Hamda Wan Nikmata Laka Wal Mulka La Syarika Laka (Aku sambut panggilan-Mu dan siap menerima perintah-Mu. Ya Allah, aku sambut panggilan-Mu dan siap menerima perintah-Mu. Aku sambut panggilan-Mu dan siap menerima perintah-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu. Aku sambut panggilan-Mu dan siap menerima perintah-Mu. Sesungguhnya segala puji, kenikmatan, dan kekuasaan hanya milik-Mu. Tidak aka sekutu bagi-Mu).

Inilah ritual ibadah haji yang menegaskan realitas umat Islam, bahwa umat Islam masih sebagai umat yang satu meskipun mereka hidup di bawah kekuasaan para tiran dan penindas. Inilah ritual ibadah haji yang membuat gemetar kaum kafir ketika melihat kerumunan orang-orang yang menunaikan ibadah haji, di mana mereka berthawaf di sekeliling Baitullah (Ka’bah) yang sama, bersai (berlari-lari kecil) di jalan yang sama, dan berwukuf di tempat yang sama.

Oleh karena itu kaum kafir dan para anteknya sengaja untuk merusak pertemuan kaum Muslim dalam rituan ibadah haji, dengan menghilangkan hakikat, kekuatan dan kesatuan dari ritual ibadah haji ini, baik dalam hal bentuk maupun isinya. Maka, pertama yang mereka lakukan, adalah mereka bersatu membuat tipu daya dalam berbagai peperangan, berkonspirasi, dan pembentukan para antek sehingga mereka berhasil melenyapkan Khilafah pada awal abad yang lalu. Dengan demikian, mereka telah berhasil menghilangkan kekuatan pertemuan para jamaah haji dalam menunaikan ritual ibadah hajinya, sebab mereka berkumpul berdasarkan asal negaranya, sehingga satu negara menjadi satu jamaah yang dipimpin oleh seorang pemimpin, maka jadilah mereka itu sebagai kelompok yang tercerai-berai, yang berkumpul dalam ritual ibadah haji, dan setelah itu mereka kembali tercerai-berai, di bawah kekuasaan negeri-negeri kecil dari kekuasaan yang diturunkan Allah, di mana di antara mereka saling berebut kekuasaan sehingga energi kaum Muslim lebih banyak digunakan untuk itu, daripada digunakan untuk menghadapi para musuh mereka.

Namun demikian, berkumpulnya kaum Muslim dalam melaksanakan ritual ibadah haji di satu tempat sungguh masih tetap mengganggu tidur kaum kafir dan para anteknya, di mana mereka sangat ketakutan dengan pertemuan seperti ini, seperti halnya mereka ketakutan dengan apa yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu mereka terpaksa melakukan segala cara untuk menghalangi setiap orang yang hendak pergi menjalankan ritual ibadah haji, sehingga mereka membatasi jumlahnya, dan menetapkan umur bagi mereka yang mengajukan untuk pergi berhaji. Di sebagian besar negeri-negeri kaum Muslim, tidak diperkenankan untuk pergi haji kecuali orang yang telah mencapai umur dewasa. Bahkan mereka masih mencari berbagai kendala (penghalang) untuk ritual ibadah haji ini selama mereka masih menemukan cara untuk itu.

Sesungguhnya ritual ibadah haji adalah bukti persatuan kaum Muslim, yaitu jeritan minta tolong agar mereka kembali untuk melindunginya, mendirikan negaranya, dan membaiat khalifahnya, agar mereka kembali menjadi kelompok yang kokoh, kuat dan diperhitungkan, dengan dipimpin oleh seorang khalifah yang mereka baiat, yang akan menerapkan hukum-hukum Allah di tengah-tengah mereka, dan berjihad bersama mereka di jalan Allah.

Inilah ritual ibadah haji, dan inilah keagungannya, serta inilah yang dituntut dari pelaksanaan ritual ibadah haji, apakah kalian telah melakukannya?

Sumber: Majalah Al-Waie edisi Arab

Kembali Ke Atas  Message [Halaman 1 dari 1]

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik